Your Next Pharmacist

hmmm hmmm hmmmm... cerpenku yang judulnya "my december ur december n our december" itu aku buat untuk seseorang. Sahabatku. eh TLB ku. tapi itu dulu. 'DULU'. biar lebih jelas. Feelnya beda banget lah. Dulu kita temenan, bahkan berani bilang kalau kami ini 'TLB' teman luar biasa, lebih dari sekedar teman biasa. Karena sesuatu dan lain hal, dia gak jujur. Dia bohong sama aku. Dia juga gak nepati janjinya. Waktu ketahuan bohong, dia gak ngaku. Iyalah, maling ngaku polisi kebingungan nyari kerjaan.

And akhirnya dia ngejauh. Dia juga udah ngerusak janjinya buat temenan sama aku selamanya. Aku pernah bilang ke dia, ntar kalau kamu udah punya cewek tetep temenan ya kita. Tapi nyatanya. DIA LUPA. Atau mungkin dia nggak pernah mengganggap itu adalah sebuah janji....

tapi, cerpen ku tetep aku post kok, buat....buat....apa ya??? Tahun lalu aku nggak tahu tanggal lahirnya makanya aku nggak ngucapin selamat kedia, karena kami telah terpisah sekian lama dan dulu nggak temenan *halaaaaaaaahh

tahun ini aku tau ultahnya tapi aku nggak mau tau sama ultahnya, toh dia udah punya cewek yang mungkin lebih asyik dibanding aku. hahahhahaha

Cerpenku itu dulunya mau kukirim ke dia, tapi gak jadi deh,,,, udah beda banget isinya... malah nyesek adanya....


oh iya, hari ini hari ibu...
di keluargaku gak ada tradisi yang kayak temen-temenku. Dari sd pengen banget bialng 'selamat hari ibu, mak' tapi canggung. Aku gak pernah curhat tentang cowok ke ibu ku(yang ada langsung disate aku), gak pernah cerita tentang keluhan belajar di sekolah, paling juga cerita tentang hal" bagus tentang nilaiku, kalau cerita keluhan sekolah bisa-bisa disuruh berhenti sekolah aku...
Cara hidup kami yang ngebuat hal-hal sederhana itu jadi terasa begitu canggung untuk dilakukan. Tapi pagi ini aku sms ke mamak.. "SELAMAT hari ibu, mak. semoga menjadi ibu yang hebat untuk keluarga. amiiinn" tau gak mamak balas apa?? "gak salah"

ya Alloh..... langsung banjir airmata ini, tapi itulah ibuku, bagaimana pun Ibu tetep ibu. Aku ngerasa belum bisa bikin orangtuaku bahagia karena aku. paling yang bisa kuberi sejak kecil, prestasiku doang. sedangkan sejak SMA??? aku belum bisa ngasih apapun ke mereka. belum bisa bikin mereka bangga....

Ah GALAU...........
GALAU.............
GALAU.........

Dan... ternyata aku tapuh...
aku pikir rasa ini wajar, aku pikir rasa ini singgah hanya untuk sesaat. Aku pikir rasa sukaku padamu sama seperti rasaku kepada mereka yang pernah kukagumi. Tapi gak semudah ini. Mereka yang lain itu hanya menebar benih padaku. dan jika aku lalai merawatnya benih itu akan mati dengan sednirinya tanpa menyakitiku. Tapi kau memulainya dengan mengolah lahan itu lalu kau ajak aku menebar benih itu bersama-sama lalu merawatnya. Kau bantu aku menumbuhkannya yang mulanya kupikir tak akan pernah tumbuh. Lalu kau membuatku yakin untuk menunggunya tumbuh. Tapi ketika aku begitu bahagia melihatnya tumbuh kau pergi begitu saja. Membiarkan aku menunggumu, tapi kau tak kunjung kembali. Aku tak bisa. Tak semudah itu. Karena aku tak bisa bersama tanaman ini seorang diri selamanya. Aku hanya akan dianggap orang gila. Aku hanya akan tampak bodoh jika aku masih berharap tanaman ini bisa tumbuh tanpamu.

Kini... Yang kudapati kau  telah bersama yang lain merawat tanaman baru yang mulai berbunga dan mekar. Aku dapat melihat senyummu saat bersamanya. Indah, Tapi aku?? harus menahan getir...Tapi aku cukup sadar diri aku tak boleh mengekang kebahagiaanmu. itu hak mu. kamu berhak bahagia bersama orang yang kamu cinta

THE END